SEJARAH DESA CEPOKOREJO

Pada zaman dahulu kala dikisahkan ada sepasang suami istri yang sedang mencari kayu bakar di Hutan belantara, sementara itu dihutan belantara tersebut ada beberapa macam jenis pepohonan dan hewan-hewan liar. Singkat cerita dihutan itu ada segerombolan burung Merak dengan sayap yang sangat indah. Begitu melihat sekawanan burung merak itu, sepasang suami istri itu lalu mengejarnya dan sampailah sepasang suami istri itu ditengah hutan belantara yang sangat lebat. Ditengah Hutan belantara tersebut sepasang suami istri tersebut merasa kehausan, namun setelah mencari kesana kemari tidak menemukan sumber air yang dapat diminum. Akhirnya setelah lama mencari sumber air yang dapat diminum untuk melepaskan rasa hausnya barulah sepasang suami istri tersebut menemukan sebuah lubang ditengah sungai yang sedang mengering, namun ada airnya yang dapat diminum. Kemudian lubang  yang  ada airnya itu dinamakan Sumur NGUMPAK (sampai sekarang masih ada).

Kemudian sepasang suami istri tersebut merasa lapar selanjutnya berjalan menelusuri Hutan belantara tersebut bermaksud mencari buah – buahan dan dedaunan yang dapat dimakan untuk menghilangkan rasa laparnya. Setelah hampir malam tiba sepasang suami istri tersebut sampai di Hutan yang banyak ditumbuhi oleh pohon waru yang sangat lebat sekali. Karena hari sudah mulai gelap maka sepasang suami istri memutuskann untuk  bermalam di kegelapan hutan waru tersebut. Akhirnya sepasang suami istri tersebut berembuk dan memutuskan untuk menetap di Hutan Waru. Karena hutan itu sangat banyak sekali pepohonan Waru maka daerah itu dinamakan WARU. Yang kemudian sepasang suami istri itu oleh anak cucunya diberi nama MBAH BUYUT dan NYAI BUYUT, untuk memenuhi kebutuhan memasak, mandi, dan minum maka MBAH BUYUT membuat sumur, karena sumur yang dibuat MBAH BUYUT sangat besar maka sumur tersebut diberinama SUMURGUNG/SUMUR GEDHE (sampai sekarang masih ada ditengah – tengah Dusun Waru).

Setelah menetap di Dusun Waru akhirnya MBAH BUYUT dan NYAI BUYUT tersebut mempunyai dua orang anak yaitu anak laki – laki dan anak Perempuan. Setelah tumbuh remaja anak perempuan MBAH BUYUT diperistri dari pemuda lain. Karena sudah berumah tangga maka oleh orang tuanya diperintahkan untuk membuka pekarangan dan mendirikan rumah sendiri untuk menyambung hidupnya. Setelah dibuka daerah itu diberinama CAPER. Pada saat putra dari MBAH BUYUT itu bekerja dipekarangan yang baru dibukanya itu tiba – tiba ada sumber air yang keluar dengan sendirinya. Dengan kagetnya ia berkata sumberan, sumberan, sumberan..... kemudian daerah itu diberinama SUMBERAN.

Sedangkan anak laki – laki MBAH BUYUT itu mempersunting wanita dari daerah lain oleh orang tuanya diminta untuk membuat rumah sendiri dan membuka pekarangan disebelah barat saudaranya yang di Caper. Setelah bekerja membuka lahan pekarangan rumah yang dibukanya itu banyak ditemukanya batu karang, kemudian sang anak itu bicara dengan ayahnya yaitu MBAH BUYUT ia bilang bahwa tanah yang dibukanya itu banyak karangnya. Maka MBAH BUYUT memberi nama daerah itu KARANGLOR karena letaknya di sebelah utara Dusun Waru. Karena agak jauh dengan orang tuanya yang ada di Waru, untuk memenuhi kebutuhan memasak, mandi dan minum maka Putra MBAH BUYUT tersebut membuat sumur, oleh  MBAH BUYUT sumur itu diberi nama sebagai SUMUR MEWEN (sampai sekarang masih ada) dari Sumur MEWEN itulah yang menjadi cikal bakal Dusun Karanglor. Karena di Dusun Karanglor tersebut merupakan letak Kantor Pemerintahan Desa Cepokorejo maka Karanglor juga disebut sebagai Dusun Krajan (sebagai pusat Pemerintahan di Desa).

Dikisahkan pula bahwa pada saat itu ada seseorang yang babat alas (membuka lahan baru di gundukan tanah) yang disekitar tanah tersebut dikelilingi oleh aliran sungai dan hamparan air. Digundukan tanah kecil tersebut sangatlah subur ditanami tanaman apa saja bisa tumbuh. Berjalanya waktu sedikit demi sedikit akhirnya banyak orang yang datang di gundukan tanah tersebut untuk menetap dan membuka lahan pekarangan sebagai tempat tinggalnya. Di tanah gundukan tersebut banyak ditumbuhi pepohonan Randu yang sangat tinggi dan besar – besar, akhirnya beberapa orang yang sudah menetap di tempat tersebut memberikan nama tempat itu sebagai RANDUGENENG karena banyak di tumbuhi pepohonan Randu dan tempatnya yang Geneng (Tinggi). Sehingga sekarang tempat itu dinamakan sebagai Dusun Randugeneng yang letaknya di sebelah timur Desa Pliwetan.

Setelah ke empat daerah itu terbentuk MBAH BUYUT berinisiatif untuk mempersatukan keluarganya MBAH BUYUT dan putra – putranya. Dari rembukan tersebut kedua putra - putranya MBAH BUYUT saling ngotot mempertahakan pendapatnya masing – masing. Tanpa di sadari disekitar tempat yang dibuat untuk berembung itu banyak bunga yang bermekaran. Bunga tersebut adalah bunga CEMPOKO. Kemudian MBAH BUYUT mempunyai gagasan bagaimana kalau ke empat daerah ini kita beri nama CEPOKOREJO. Itulah cikal bakal terbentuknya Desa Cepokorejo yang terdiri atas empat Dusun yaitu :

  1. Dusun Waru
  2. Dusun Caper
  3. Dusun Krajan Karanglor dan
  4. Dusun Randugeneng.